Rabu, 21 Desember 2011

Makalah : Mengembangkan Kompetensi Sosial Guru Pada Sekolah Bertaraf Internasional

Mengembangkan Kompetensi Sosial Guru pada Sekolah Bertaraf Internasional
(Muhammad Istiqlal/ 11709251041)

A. Pendahuluan
Michael G. Fullan yang dikutip oleh Suyanto dan Djihad Hisyam (2000) mengemukakan bahwa “educational change depends on what teachers do and think…”. Pendapat tersebut mengisyaratkan bahwa perubahan dan pembaharuan sistem pendidikan sangat bergantung pada “what teachers do and think“, atau dengan kata lain bergantung pada penguasaan kompetensi guru.
B. Pembahasan
Untuk mengembangkan kompetensi sosial seorang pendidik pada sekolah bertaraf internasional, kita perlu tahu target atau dimensi-dimensi kompetensi ini. Beberapa dimensi ini, misalnya, dapat kita saring dari konsep life skills (www.lifeskills4kids.com). Dari 35 life skills atau kecerdasan hidup itu, ada 15 yang dapat dimasukkan ke dalam dimensi kompetensi sosial, yaitu: (1) kerja tim, (2) melihat peluang, (3) peran dalam kegiatan kelompok, (4) tanggung jawab sebagai warga, (5) kepemimpinan, (6) relawan sosial, (7) kedewasaan dalam berelasi, (8) berbagi, (9) berempati, (10) kepedulian kepada sesama, (11) toleransi, (12) solusi konflik, (13) menerima perbedaan, (14) kerja sama, dan (15) komunikasi.
Model pelatihan yang bersifat edutaiment cocok untuk para guru pada sekolah bertaraf internasional. Karena jumlah guru dan dosen itu sangat banyak, dapat digunakan pelatihan berjenjang deret ukur TOT (training of trainer). Semua perlu persiapan yang matang karena kerja ini menuntut persyaratan keunggulan kualitas, ketepatan, dan kecepatan. Hal yang disebut terakhir ini perlu mendapat perhatian khusus karena UU Guru dan Dosen mengamanatkan proses sertifikasi kompetensi ini harus selesai dalam sepuluh tahun sejak UU itu disahkan.
Hal yang sangat mendesak berkaitan dengan pelatihan, pembelajaran, dan sertifikasi guru (khususnya yang berkaitan dengan kompetensi sosial dan kepribadian karena ini hal baru) adalah pengembangan pemahaman kompetensi ini yang komprehensif, yang dapat diterima oleh banyak pihak terutama oleh masyarakat internasional, karena lingkungan guru yang mengajar pada sekolah bertaraf internasional adalah lingkungan masyarakat internasional. Hal kedua yang sangat mendesak adalah penyediaan silabus dan materi latihan atau ajar yang berstandar internasional dengan menggunakan bahasa internasional dalam rangkan mengembangkan kompetensi sosial ini.
Menurut Panduan Serftifikasi Guru Tahun 2006 bahwa terdapat tiga indikator untuk menilai kemampuan sosial seorang guru, yaitu :
·         Bertindak objektif serta tidak diskriminatif karena pertimbangan jenis kelamin, agama, ras, kondisi fisik, latar belakang keluarga, dan status sosial ekonomi.
·         Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan sesama pendi-dik, tenaga kependidikan, orang tua, dan masyarakat.
·         Beradaptasi di tempat bertugas di seluruh wilayah Republik Indonesia yang memiliki keragaman sosial budaya.
·         Berkomunikasi dengan komunitas profesi sendiri dan profesi lain secara lisan dan tulisan atau bentuk lain.
Adapun hal-hal yang menentukan keberhasilan komunikasi dalam kompetensi sosial seorang guru pada sekolah bertaraf internasional adalah :
1.      Audience atau sasaran maksudnya guru pada sekolah bertaraf internasional dalam berkomunikasi hendaknya memperhatikan siapa sasarannya, apakah orang berpendidikan atau tidak, apakah masyarakat umum atau pejabat, apakah siswa atau kepala sekolah, apakah siswa SD atau siswa SMA, dan sebagainya. Dengan mengetahui karakteristik sasaran maka sang komunikator pun bisa menyesuaikan gaya dan “irama” komunikasi menurut karakteristik sasaran. Berkomunikasi dengan siswa SD tentu berbeda dengan siswa SMA. Selain itu penting juga berkomunikasi dengan masyarakat internasional untuk selalu melatih bahasa dan memahami gaya belajar masyarakat internasional.
2.      Behaviour atau perilaku maksudnya perilaku apa yang diharapkan dari sasaran setelah berlangsung dan selesainya komunikasi. Misalnya seorang guru matematika pada sekolah bertaraf internasional sebagai komunikator ketika sedang berlangsung dan setelah selesai menjelaskan Geometri, perilaku siswa apakah yang diharapkan. Apakah siswa menjadi sedih dan menangis merenungi nasib bangsanya, apakah siswa santai-santai saja asal mendengarkan saja, dsb. Hal ini sangat penting berkait dengan keberhasilan komunikasi guru matematika tersebut.
3.      Condition atau kondisi dalam kondisi apa sasaran ketika komunikasi sedang berlangsung. Misalnya ketika guru Matematika mau menjelaskan rumus-rumus yang sulit harus tahu kondisi siswa, apakah sedang gembira, sedang sedih, sedang lelah habis olah raga, sedang kantuk karena semalam ada acara, dsb. Dengan memahami kondisi seperti ini akan berhasillah komunikasi yang disampaikan oleh guru karena menjelaskan rumus yang sulit dalam situasi siswa sedih tentu berbeda dengan gembira.
4.      Degree atau tingkatan maksudnya sampai tingkatan manakah target bahan komunikasi yang harus dikuasai oleh sasaran itu sendiri. Cara mengembangkan kompetensi sosial guru adalah dengan memproduktifkan komunikasi guru dengan siswa, dengan sesama guru, dan dengan orang tua / wali siswa. Apabila ketiga sasaran komunikasi tersebut dapat dilakukan dengan baik maka secara langsung kompetensi sosial guru yang bersangkutan akan berkembang.
Kompetensi sosial yang paling penting adalah beradaptasi di tempat bertugas di seluruh wilayah Republik Indonesia yang memiliki keragaman sosial budaya. Sub poin dari kompetensi sosial diatas adalah,
·      Beradaptasi dengan lingkungan tempat bekerja dalam rangka meningkatkan efektivitas sebagai pendidik.
·      Melaksanakan berbagai program dalam lingkungan kerja untuk mengembangkan dan meningkatkan kualitas pendidikan di daerah yang bersangkutan.\

C. Penutup
               Dari pembahasan diatas seorang guru harusnya bersedia ditempatkan dan ditugaskan dimanapun dia berada dalam rangka menyiapkan diri untuk dapat bersaing dalam pendidikan yang bertaraf internasional. Selain itu, seorang guru diharapkan pula mampu beradaptasi dengan lingkungan tempat ia ditugaskan. Dan juga guru harus sering melakukan komunikasi dengan masyarakat internasional.
Pada kurikulum KTSP, dijelaskan bahwa kurikulum tersebut menekankan pada pengembangan kemampuan peserta didik, sehingga dengan adaptasi yang baik dari seorang guru dimana ia ditugaskan, guru tersebut mampu melihat pola interaksi yang dipakai atau diterapkan dalam lingkungan tersebut, sehingga guru mampu membuat suatu metode yang bersifat inklusif, sehingga anak didik itu mampu menyerap apa yang disampaikan oleh pendidik dengan baik. Karena metode ceramah lebih banyak diterapkan dalam proses belajar mengajar sehari-hari, guru mampu memposisikan diri dengan lingkungan tempat ia mengajar, sehingga tujuan dari proses belajar mengajar itu dapat berhasil dengan metode ceramah terebut.
Dengan penerapan kurikulum KTSP yang menekankan pada sasaran pembelajaran, sehingga guru dapat memilih materi-materi pembelajaran yang efektif dan berguna sesuai dengan kondisi lingkungan dimana ia mengajar.

Sumber :
www.lifeskills4kids.com
http://www.stt-kharisma.org/index.php?option=com_content&view=article&id=19:kompetensi-sosial-guru&catid=5:artikel-pendidikan&Itemid=16

Tidak ada komentar:

Posting Komentar